Archive for the ‘3. Hikmah Kehidupan’ Category

Bapak Tua Penjual Amplop

Sobat,  berikut saya kutipkan artikel yang semoga  bisa diambil hikmahnya untuk kehidupan kita.

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat. Baca lebih lanjut

Arthur Ashe : Antara Sabar dan Syukur

Sobat,  berikut sebuah tulisan menarik yang terlalu bagus untuk di lewatkan.  Tulisan ini  saya kutip dari   grup anak sekolah teman saya.  Dari manapun asalnya yang pasti,  substansi dari tulisan ini  amat berharga,  bahkan mungkin bisa ditarik hikmahnya untuk kehidupan kita.

Sobat,   Arthur Ashe, pemain Wimbledon legendaris sekarat karena AIDS yg berasal dari darah yg terinfeksi virus ketika operasi jantung pada 1983. Dia menerima surat dari para penggemarnya, salah satu dari mereka ada yang menyampaikan:  “Mengapa Tuhan memilih Anda untuk mendapatkan penyakit yg buruk seperti ini??”

Terhadapnya, Arthur Ashe menjawab:
Lima puluh juta anak mulai bermain tenis,
Lima juta dari mereka belajar bagaimana bermain tenis,
Lima ratus ribu belajar tenis secara profesional,
Lima puluh ribu bertanding dalam turnamen,
Lima ribu mencapai Grand Slam,
Lima puluh mencapai Wimbledon,
Empat mencapai semifinal,
Dua mencapai final dan ketika saya menggenggam pialanya, saya tak pernah bertanya pada Tuhan, “Kenapa (harus) saya?”
Jadi ketika sekarang saya sakit, bagaimana bisa saya menanyakan kepada Tuhan, “Kenapa (harus) saya?”

Kebahagiaan membuatmu tetap manis.
Cobaan membuatmu kuat. Kesedihan membuatmu tetap menjadi manusia.
Kegagalan membuatmu tetap rendah hati.
Kesuksesan membuatmu tetap berpijar.
Namun, hanya iman yg membuatmu tetap melangkah.

Kadang engkau merasa tidak puas terhadap kehidupanmu sementara banyak orang di dunia ini memimpikan bisa hidup sepertimu.

Anak kecil di ladang memandang pesawat terbang di atasnya, dan memimpikan bisa terbang, tetapi sang pilot di pesawat itu memandang ladang di bawahnya dan memimpikan bisa pulang ke rumah.

Begitulah hidup.
Nikmatilah hidupmu.

Jika kekayaan adalah rahasia kebahagiaan, tentu orang-orang kaya akan menari-nari di jalanan.
Tapi? Hanya anak2 miskinlah yg melakukannya.𞮗

Jika kekuatan memang menjamin keamanan, tentu orang-orang penting akan berjalan tanpa pengawalan.
Tapi? Hanya mereka yg hidup sederhana yg bisa tidur nyenyak.

Jika kecantikan dan kepopuleran memang membawa kita pada hubungan yang ideal, tentu para selebriti pasti punya perkawinan yg terbaik.

Hiduplah sederhana
Berjalanlah dengan rendah hati.
Dan mencintailah dengan tulus

Sobat,  semoga bermanfaat

Baca lebih lanjut

Tukang Sapu Kembalikan US$ 30.000 yang Ditemukannya, Menolak Hadiah Apapun

Sobat,  berikut saya kutipkan berita  dan atau artikel tentang betapa luar biasanya dari sifat jujur dan  qonaah (cukup)  dari seorang anak manusia bernama Jawad Mansur asal Jalur Gaza,  Palestina.  Semoga kisah ini bisa dipetik hikmahnya untuk kehidupan kita.  Amin…

https://i0.wp.com/www.smstauhiid.com/wp-content/uploads/2015/01/photo-1.jpg

Jawad Mansur, seorang petugas kebersihan di sebuah taman bermain anak-anak di kota Gaza, menyerahkan US$ 30.000 (setara dengan sekitar Rp 372 juta) kepada pemiliknya. Ia menolak diberi apapun sebagai hadiah dari pemilik uang itu. Demikian laporan Al-Quds TV kemarin malam (1/1).

Meski seperempat Jalur Gaza hancur lebur, listrik digilir 3-6 jam saja dalam sehari, air minum susah, sudah delapan tahun dikepung Zionis, saudara-saudara kita di Gaza tetap mempertahankan kemuliaan akhlaqnya. Baca lebih lanjut

Bos Ini Punya 10 Trilliun Rupiah Namun Hidup Lebih Sederhana Dari Buruh

Salah Satu Orang Terkaya di Jepang, Shoji Uehara Sang Raja Farmasi Jepang, Ternyata Memilih Hidup Sederhana, Bahkan Lebih Sederhana Dari Buruh. Semoga kisah ini bisa kita ambil hikmahnya  untuk kesuksesan dan keberkahan hidup kita.

https://media.zenfs.com/id-ID/homerun/Studentpreneur/e513d9f9531153f6618cdd45543134acMeski kaya raya, Shoji Uehara justru menghindari hingar bingar. Pemegang kepimpinan tertinggi dari Taisho Pharmaceutical, perusahaan farmasi terbesar di Jepang, ini menampilkan diri layaknya eksekutif pada umumnya. Ia tinggal di rumah yang sederhana, berangkat kerja jalan kaki, dan makan siang dengan biskuit dan teh di mejanya. Akan tetapi majalah Forbes memperkirakan kekayaannya hampir sebesar 1 miliar dolar Amerika atau 10 Trilliun Rupiah.

 Hidup sederhana

Di dalam perusahaan, ia dikenal sebagai GHQ atau “Goes Home Quickly” karena sepulang kerja, ia selalu langsung pulang ke rumah, bukannya minum-minum sebagaimana mayoritas eksekutif Jepang setelah bekerja. Dia tidak minum atau merokok, sebagian karena masalah kesehatan. Sedangkan kesamaan antara Uehara dengan pekerja kantoran pada umumnya adalah, ia selalu menyerahkan amplop gajinya kepada sang istri setiap bulan. Ia hanya akan menghabiskan sekitar $70 per bulan dan $70 tambahan untuk membeli buku. Total pengeluaran tidak sampai 2 juta rupiah per bulan ini tentunya bahkan lebih murah dari tuntutan hidup buruh Indonesia.Gaya hidup sederhana Uehara mencerminkan kehidupan pedagang-pedagang di era samurai abad ke-17. Kala itu, pedagang menempati peringkat terbawah di tangga sosial Konfusius. Mereka menampilkan kekayaan mereka dengan cara yang hampir tidak kentara, seperti melapisi bagian dalam mantel mereka dengan bordir flamboyan. Baca lebih lanjut

Sisakan Relung Hatimu untuk Kecewa

Sobat,  berikut saya kutipkan tulisan singkat dari Jamil Alzaini terkait dengan terpilih  dan  dilantiknya Jokowi sebagai presiden.  Semoga bermanfaat.

Pelantikan presiden yang dilanjutkan oleh “pesta rakyat” telah usai. Sengaja saya tidak menonton TV yang konon banyak memberitakan acara itu karena bagi saya itu bukan “pesta rakyat”. Rakyat Indonesia Indonesia itu lebih dari 250 juta sementara yang pesta tak lebih dari satu persennya. Saya memilih mendoakan pak Jokowi dan pak Jusuf Kalla.

Saya lebih memilih mendoakan pemimpin baru ini karena saya teringat ucapan Al-Imam Fudhail bin Iyad (dalam Syarhus Sunnah, 113-114, Maktabah Dar Al-Minhaj) yang berkata, “Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, maka aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpin.”

Lalu, ditanyakan kepada beliau, “Jelaskan kepada kami wahai Abu Ali [Fudhail bin Iyadh] tentang hal ini.”

Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka ia akan baik, dan rakyat serta negara pun akan menjadi baik dengan sebab kebaikannya.” Baca lebih lanjut

Gendong Sang Sahabat yang Derita Penyakit Polio ke Sekolah Selama 3 Tahun

Sobat,  berikut saya kutipkan sebuah kisah  tentang tulusnya  persahabatan.Gadis Ini Gendong Sang Sahabat yang Derita Penyakit Polio ke Sekolah Selama 3 Tahun

Sobat,  Sebuah kisah nyata mengharukan kembali terjadi di Cina. Seorang gadis berusia 13 tahun di propinsi Hunan bernama He Qin-jiao menjadi salah satu contoh tentang bagaimana kebaikan hati sesama manusia dan arti dari persahabatan yang sesungguhnya. Meski usianya masih sangat muda yaitu 13 tahun, namun percaya atau tidak bahwa Qin selalu rajin menggendong sang sahabat yang menderita penyakit polio di punggungnya setiap pergi sekolah, setiap hari selama 3 tahun dengan jarak sekitar 4 kilometer.

Dilansir China.org, ketika Qin berusia 9 tahun, ia menyadari bahwa sahabatnya, He Ying-hui tak bisa lagi pergi ke sekolah karena terserang penyakit polio dan keluarganya tak dapat menggendongnya ke sekolah. Jadi ia pun memutuskan untuk membawa sahabatnya tersebut sendiri.Qin selalu membawa He ke sekolah selama 3 tahun penuh, hingga akhirnya pemerintah lokal mendengar dedikasinya untuk sang sahabat dan memberikan He sebuah kursi roda pada September tahun lalu. Namun dedikasi Qin tak berhenti sampai di situ. Ia bangun setiap jam 6 pagi, mengerjakan pekerjaan rumah dan buru-buru pergi ke rumah He untuk mengajaknya ke sekolah. Baca lebih lanjut