Sobat, pernahkah sampean merasa marah dan benci pada seseorang? Marah dan benci adalah sesuatu perasaan yang manusiawi, yang sengaja dicipta Allah pada setiap diri manusia. Dengan kata lain, rasa marah, senang, benci, rindu dan cinta serta berbagai jenis perasaan lainnya adalah sesuatu yang manusiawi, yakni potensial ada pada diri manusia. Hanya saja, Tuhan memerintahkan pada diri manusia untuk mengendalikan segala “rasa” tadi, tidak diumbar sedemikian rupa, namun juga tak dimatikan saja.
Nafsu amarah misalnya, ia perlu diatur dan dikendalikan agar kemarahan jangan sampai membuat manusia yang sedang marah kehilangan kontrol diri yang menyebabkannya menjadi mbedal bak kuda binal. Bila kemarahan tak terkendalikan sang manusia bisa menjadi seperti setan yang dalam bahasa Jawa nya disebut kesetanan. Islam mengajarkan agar seseorang yang dilanda rasa marah hendaknya berusaha mengendalikannya dengan cara duduk untuk meredakan. Jika masih marah, hendaknya berwudlu. Dan bila masih tetap marah, segeralah sholat.
Tapi rasa amarah, jangan pula dimatikan, sehingga berubah menjadi manusia bak sebongkah batu saja. Harga diri dilecehkan tidak marah, anak istri dilecehkan tidak tersinggung, malah mbregegek diam penuh kesabaran. Bahkan, ketika Tuhan, nabi dan agamanya dihina orang, tetap saja dia diam membisu tanpa tersirat kemarahan apatah lagi pembelaan. Sikap seperti itu sama sekali bukanlah bagian dari pengamalan ajaran Islam. Baca lebih lanjut